Selasa, Oktober 06, 2009

Sebab-sebab konflik dan sumbernya pada level individu

Sebab-sebab konflik dan sumbernya pada level individu
masih ingatkah siapa zathman? Semoga masih, zathman adalah seorang tokoh yang bilang kalo konflik itu kayak kurva. Dimana ada titik tertinggi namanya hurting stalemate, nah hurting stalemate menurutnya adalah titik paling tepat untuk menghentikan konflik karena titik itu konflik mengalami kematangannya.. tapi sesungguhnya untuk menyelesaikan konflik itu gak harus menunggu kematangannya, mengcegah lebih baik dari pada mengobati, bukankah lebih cepat itu lebih baik? Aduh partai BGT...
Sebab-sebab konflik
Nah kali ini kita akan bahas tentang alasan mengapa manusia berkonflik. Seperti yang diungkapkan sebelumnya, bahwa terdapat dua kepercayaan dalam memandang sebab-sebab manusia berkonflik, yang pertama mengatakan bahwa manusia itu memang udah Human nature nya kayak gitu. Jadi istilahnya memang difitrahkan untuk memiliki sifat berkonflik. Kalo menurut argument pendukung human nature ini bilang bukti bahwa manusia mempunyai sifat dasar ini terlihat dari disetiap dekade itu pasti terdapat perang ataupun konflik yang berpotensi untuk melahirkan perang. Sehingga menurut penganut kepercayaan ini cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan mengeliminasi atau mengurangi intesitas dan dampak konflik. Yaitu dengan cara, balance of powerpunya morgenthau (maklum kebanyakan orang yang menganut kepercayaan ini adalah kaum realis) ataupun denga just war yang semacam aturan yang menyatakan boleh berperang asalkan dengan adil (dari motivasi dan cara perang)just war biasanya lebih dekat dengan agama, selain just war ada juga tuh istilah hukum humaniter internasional, yaitu hukum perang yang digunakan oleh masyarakat internasional.
Kepercayaan selanjutnya adalah, percaya bahwa perang merupakan hasil sosialisasi masyarakat, agumenya yaitu manusia lahir itu nggak bawa senjata layaknya hewan yang bertaring, memiliki cakar yang panjang dan tajam, hal itu membuktikan bahwa manusia itu adalah mahluk yang cinta damai, karena tuhan tidak melengkapi persenjataannya. Sehingga menurut kepercayaan ini, cara terbaik menyelesaikan konflik adalah dengan edukasi konflik, seperti yang dilakukan oleh UNESCO. Salah satu cabang PBB yang cinta damai, UNESCO berprinsip ‘world begin of the mind of mind” dengan motto konflik ok, berperang no! Kalo istilah dosenku, berbeda pendapat itu gak papa tapi tidak untuk berperang. Kebanyakan penganut faham ini adalah orang-orang kaum utopian.
Sumber perang pada level individu
Konrad lorenz hayoo tebak siapa itu, kalian pasti gak bakal nyangka namanya bakal muncul dalam islmu sosial. Dia adalah seorang tokoh biologi yang suka sekali meneliti perilaku hewan. Kemidan dia meneliti tentang serigala dalam bertahan hidup, ternyata serigala memiliki insting atau agresi untuk mempertahankan hidupnya. Trus Pak Lorenz ini mencoba untuk menerapkan persamaan serigala dengan manusia, disamakan berdasarkan kesamaan identitas makhluk “mamalia”. Hasilnyamenunjukan bahwa ternyata manusia juga memiliki isting agretifitas, hal ini diperkuat oleh Robert Andrey yang bilang bahwa “agretifitas menjadi built dalam struktur genetik manusia.” Sehingga sebenarnya agretifitas itu bisa berkembang tidak hanya kearah destuktif, tetapi juga bisa karah konstruktif..
Sigmund Freud (orang realis) dia bilang manusia adalah manusia rendah yang dipenuhi oleh kebencian, kekerasan dan agresi.
Erich Fromm “narsisme adalah salah satu sumber agresifitas. Seseorang yang terlalu narsis terhadap kelompoknya akan beraku sangat desruktif apabila ada yang mengolok-olok simbol narsis mereka.
Nah selanjutnya bagaimana agresifitas bisa mendorong konflik?
John Dollard dia mengatakan bahwa frusstation – agresion. Menurutnya frustasi (ketidaksesuaian antara harapan dengan apa yang didapat) itu menjadi predesposisi atau potensi dari agresi yang didahului oleh kemarahan, nah makanya ati-ati tuh bagi orang yang suka marah-marah.. nah bagi orang yang sedang frustasi ada beberapa kemungkinan yang bakal mereka lakukan, yaitu menarik diri yaitu menyeolahkan tidak terjadi masalah meskipun sebenarnya tidak ridha terhadap apa yang tengah terjadi, selanjutnya adalah menerima, yaitu mgakui bahwa itu kekalahannya, menolak serta agresi yaitu penolakan mengunakan ancaman.
Faktor yang mempengaruhi frustasi menjadi agresi adalah
a. Norma (agama) mampu membuat manusia lebih mampu untuk menghandle diri
b. Pengalaman sosial (teman sepergeulan juga sangat berpengaruh karena mereka kadang kala sering mewarnai teman yang lain
c. Pengalaman cara menghadapi frustasi
Ibnu Khaldun beliau mengatakan bahwa potensi dalam diri manusia adalah cinta ientitaskelompok dan agresif (animal power) manusia selalu ingin menunjukan identitas bersama, ketika mencintai sesuatu maka ia akan membenci yang lain, cinta biasanya menjadi konflik ketika ia bertemu dengan provokasi yang menghasud demi mendapatkan kekuasaan (dominasi) atau tingkat ekonomi, sehingga cara terbaik untuk menghindari konflik adalah dengan menjaga kemakmuran, keamanan dan keadilan..

refrensi : kuaih pak Gito

0 komentar: