Rabu, September 30, 2009

hubungan Islam barat part. I

Hubungan antara islam dan barat? itu memang sudah terjalin sejak lama, terutama sejak pecah perang salib yang cukup monumetal karena disitu tampak jelas sekali persinggungan antara peradaban islam dan barat. Yang hingga saat ini masih sangat mengispirasi bagi segelintir orang yang mencoba untukmenghidupkan kembali spirit perang salib agar tetap berkobar meskipun dengan wajah-wajah baru.
Itu adalah sepenggal kisah dari perjalanan panjang antara hubungan islam dan barat, yang kini semakin terlihat jelas persinggungannya, bermula dari perang Salib, kemudian imperialisme yang diawali oleh oleh perkembangan revolusi industri yang berujung pada kolonialisme, terutama dinegara-negara asia afrika yang mayoritas beragama islam, inilah persinggungan islam dan barat untuk kedua kalinya.
Seiring berjalannya waktu persinggungan antara islam dan barat, yang dimana posisi islam yang sangat lemah sejak kekalahannya diperang salib dan adanya tidak ada sistim yang kuat untuk menyatukan umat islam, menjadikan islam semakin terhimpit dan terkikis, bermula dari hilangnya kekuasan islam di andalusia yang kini dikenal dengan sepanyol dan terkhir turki yang dulu pernah menjadi pusat peradaban dan pemerintahan islam menjadi sebuah negara yang paling anti terhadap islam. Posisi islam yang saat ini disebut sebagai negara dunia ketiga menempatkan islam sebagai penerima influence terhadap pemikiran-pemikiran barat yang mungkin bertentangan dengan islam.
Sekulerisme..
Produk barat satu ini juga turut dibawa masuk kedalam paradigma islam, sekularisme adalah adalah sebuah faham yang mencoba untukmemisahkan antara agama dan kehidupan, dia muncul karena ada kekecewaan dan ketakutan barat terhadap agamanya yang sangat bertentangan dengan ilmu pengetahuan yang berkembang saat itu. inkusisi, pelenyapan tokoh-tokoh yang dianggap dapat membahayakan keberlangsungan agama yang dianut saat itu, karena saat itu gereja mengambil posisi yang sangat penting dalam sebuah negara, gereja turut dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini cukup menimbulkan berbagai reaksi yang sangat bertentangan dengan gereja salah satunya adalah dengan meninggalkan gereja dengan mengurangi kekuasaan gereja dalam kenegaraan.
Sekularisme. Faham pendatang baru yang kini juga mewarnai wajah peradaban islam, entahlah sebenarnya dengan base apa para penganut sekularisme mencoba menerapkannya dengan islam, bukankah islam adalah agama yang konperhensif dan adil?
Selain hubungan itu hubungan islam dan barat juga sangat diwarnai dengan nuansa konfliktual. Barat selama ini menganggap Islam sebagai kekuatan yang mengancam. Ideologi islam yang bertentangan dengan idiologi barat yang mungkin memimbulkan rasa kekhawariran dari pihak barat yang kemudian tidak hanya sekularisasi tetapi juga dengan berbagai lini lainnya yang memungkinkan dapat menjatuhkan peradaban islam. Perang ini disebut dengan perang pemikiran (Ghawzul Fikr) dan disini peran media sangat tinggi.
Referensi : kulih bu siti mushlikhati

Leia Mais…

Selasa, September 29, 2009

Resolusi konflik....
Ini adalah salah satu mata kuliah pilihan untuk mahasiswa semester 5 di universitasku..
Resolusi konfik.. hmmm like as it’s name tentu aja kalian dah pada bisa nebak dunk bakal ngomongin tentang apaan, hehe..
Yah kurang lebih sih tentang sejarah en riwayat en gimana cara mengatasi konflik tul ga?
Yupss, betul sekali!! Berhubung kemarin pertemuan perdana mata kuliah ini, pengeeen dech aku sharing2 mau tau??
Resolusi konflik...
Kita akan bermula dengan biografi konflik ya..
menurut krisberg (sstt... sebenarnya sih ada urutannya tapi gak catat) secara umum konflik itu kayak pohon.. konflik itu ada benihnya yang karena kemudian di pupuk kemudian mengalami ekskalasi konflik. Pernah dengar istilah laten? Nah, konflik awal itu namanya konflik laten (nah mungkin bisa juga tuh disebut potensi konflik), nah kalo diibaratkan pohon tuh dia masih berupa benih, kalo gak diperhatikan ya mati,trus gakjadi konflik deh,,, but kalo dipupuk,, hmm dia bisa jadi pohon.. kalo istilah di konflik namanya manifest, konflik tumbuh dan mulai keliatan, semakin besar, semakin kuat trus semakin heboh deh dampak konfliknya..
tau gak sih, benih-benih konflik itu memang sudah sejak awal ada disekitar kita, salah satunya karena ada hubungan interaksional antara umat manusia, kalo istilah dosenku tuh “tak kenal maka tak konflik” yups..karena ada interaksi maka akan ada hubungan saling mengenal penuh dengan resiko konflik, nah kalo benih-benih itu dipupuk maka jadilah konflik, tapi kalo nggak ya nggak...trus ada tuh satu lagi, sumber konflik, adanya teoritik manusia yang mengatakan bahwa manusia itu memiliki naluri agresif. Nah lo.. sadar gak? Lagi-lagi nggambil istilah dosenku nih.. bayi aja kalo gak ada naluri agresif untuk nangis kenceng kalo lagi haus, tentu aja dia udah mati..nah geto deh...
itu tadi adalah sumber konfliknya, kayak yang aku bilang sebelumnya benih-benih konflik itu baru akan keliatan kalo ada penyulutnya, ini ada beberapa tanda nih kalo konflik itu dah mulai bermunculan, yaitu adanya kesadaran kolektif, masyarakat umum tuh mulai ngrasa kalo perbedaan yang timbul itu menganggu, plus ditambah ketidakpuasan relatif terhadap pihak (atau pihak-pihak) lain, trus adalagi kesadaran bahwa ternyata ada tujuan-tujuan yang saling berlawanan. Huih tah lengkap tuh... untuk disebut ada konflik..
untuk pemantik konfliknya itu gak harus hal-hal yang gede kok, biasanya itu isunya lebih sepesifik dan orang yang terlibat cuman sedikit, hmm tapi, kalo didramatisir oleh para politisi bisa semakin heboh en meluas, mungkin saja karena para politisi itu memiliki kepentingan atas konflik yang terjadi diantara mereka. contohnya aja ya.. konflik yang ada di maluku. Yang selama ini disebut konflik SARA itu, sebenarnya bermula dari konflik yang sangat spesifik, yaitu yaitu perbutan penumpang antara tukang ojek yang pada saat itu berlainan agama, menjadi semakin heboh karena semakin dipupuk.. mungkin kalo istilahnya orang jawa itu namanya “kriwikan dadi drojogan” salah satu yang biasanya dilakukan untuk semakin memupuk benih-benih konflik adalah dengan propokasi dengan pihak-pihak yang telibat, sampai dengan propokasi persuasif, koersif, balas jasa juga dengan iming-iming yang sifatnya material dan non material..
wallahu’alam bis shawab
berdasar pada apa yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa konflik itu juga bisa mengalami pemambahan dan perluasan yang bisa disebut sebagai ekskalasi, ekskalasi itu terjadi jika, aktor atau pelaku dari konflik itu semakin banyak.. misalnya saat konflik awal terjadi, yang terlibat hanya dua orang tetapi seiring berjalannya waktu pelaku konflik itu semakin lama menjadi semakin banyak, sekampung misalnya. Selain itu isu konflik yang dulunya hanya spesifik, dan remeh seiring berjalannya waktu juga semakin mengeneral, tambah lagi tuh taktik yang digunakan untuk berkonflik, awalnya adu mulut berubah menjadi saling menyakiti atau bahkan saling membunuh. Selain itu masih menyabung dengan sebelumnya, perilaku yang mungkin sebelumnya atau pada awal konflik bertujuan untukmendapatkan solusi konflik dengan well doing melakukan sesuatu yang baik berubah menjadiperilaku yang berusaha untuk memenangkan konflik (winning)dan berakhir dengan usaha untuk menyakiti (Hurting)..
nah itulah awal mula konflik mengalami kemuncak..
selanjutnya setelah fase ekskalasi terdapat fase deskalasi yaitu kebalikan dari ekskalasi, konflik mengalami penyurutnya..menurut william Zartman, sebenarnya bagan konflik itu kalo digambar kayak kurva, bermula dari sumber konflik, kemudian ada kemunculan konflik, trus ada ekskalasi bis itu klimaks dari konfik, yaitu hurting stalemate, setelah itu konflik akan mengalami penurunan suhu badan, eh salah penurunan ketegangan, deskalasi dan semakin menurun menjadi penyelesaian (biasanya ada hasilnya) bis itu ada normalisasi..
masih menurut Zartman sebenarnya ada kondisi terbaik untuk mengakiri konflik, teori in terkenal denga isltilah wripeness yaitu matang.. jadi kalo mo mengakiri konflikyang terbaik adalah ketika konflik itu berada dalam posisi matang, yaitu posisi dimana konflik menglami kemuncak, atau fase hurting stalemate, cz pada masa itu para pihak yang sedang berkonflik sedang posisi serba salah, bisa jadi karena sudah terlalu banyak korban, atau karena posisi yang sudah terdesak dan tak mampu untuk melanjutkan konflik.. sehingga mereka bisa diajak berunding untuk menyelesaikan konflik. Nah kalo berhasil mereka akan membuat MoU nah tahap ini disebut tahap penyelesaian atau terminasi konflik, tandanya adalah adanya adanya kesepakatan antara mereka sebagai hasil perundingan, yang bisa saja hasilnya Win-win, win- lose, atau bahkan lose – lose solution..
dari hasil-hasil tersebut itu ada 2 kemungkinan sekarang, yaitu hasil yang disepakaiti diterima dan dijalankan sehingga kemudian bisa menimbulkan konsekuensi bagi para pihak yang bertikai, atau kemungkinan yang lain yaitu hasilhanyalah hasil dan tetap diabailan atau didak dijalankan dengan baik, sehingga melahirkan konflik yang baru..
lagi-lagi wallahu’alam bis shawab
referensi: kuliah resolusi konfik pak gito..

Leia Mais…