Strategi untuk mengakiri konflik internal dalam negara
Kita akan berkenalan dengan istilah satu ini,
Berikut ini ada beberapa penyebab terjadinya konflik, menurut para ahlinya...
violent opposition movement, diperkenalkan oleh whyer..maksud dari pergerakan ini adalah sebuah gerakan politik yang mengunakn kekerasan untuk mendaptkan kan bahwa mengtinganya.
ted R gurr tentng “why the man rebel” menurut nya manusia berkonflik karena adanya relative deffrivation yang mengungkapkan tentang adanya kesenjangan value expectation dan value capability.
Misalnya konflik di aceh (GAM) dengan Gov. Jika dianalisis maka akan disimpulkan bahwa pemerintah tidak mampu untuk menghandle semua harapan yang dimiliki oleh masyarakat aceh, terutama sejak pasca kemerdekaan RI dimana aceh dijanjikan akan mendapatkan gelar keistimewaan dengan diperbolehkan menerapkan syariat ilsam di dalam wilayahnya, tetapi Gov. Tak bisa memenuhi permintaan aceh, maka timbulah konflik
Menurut michael Born, ia membagi konlik kedalam 2 hal mengapa konflik terjadi
a. Underlying factor (sumber konflik)
Sumber konflik ini bisa menyangkut banyak hal tetapi banyakan menyangkut persoalan politik, ekonomi, budaya dan security.
Politik
Politik itu biasanya menyakut tentang ramah tidaknya institusi terhadap resolusi yang mungkin seharusnya bisa terjadi;
ekonomi menyangkut 2 hal:
1. Kesenjangan pembanguan
Misalnya: Aceh merupakan wilayah indonesia yang sangat kaya dengan tambang mineral tetapi pemerintah tidak mampu mensejahterakan rakyat aceh malah mentransfer semua sebagian besar kekayaaan aceh ke pusat, dan terjadi kesenjangan yang berdampak konflik
2. Kondisi ekonomi yang buruk
Misalnya : di ethiophia
Budaya konflikmuncul karena adanya diskriminasi budaya, adanya suku yang mendominasi kemudian bersikap tidak suka atau menghancurkan
heterogenitas etnis
Security
Jika suatu negara tidak mampu menjamin keamanan suatukelompok maka mereka akan cinderung mempersenjatai diri.
b. Proximate factor (faktor pemicu)
Jika potensi konflik yang berasal dari 4 hal tersebut (sumber konflik) dijaga maka tidak akan menimbuklan konflik. Konflik baru akan meledak setelah adanya pemicu yang dikenal dengan proximate factor
Semuanya memiliki andil untuk memperbesar atau memunculkan konflik bisa dari massa maupun elite
Nah kembali kebahasan tentang opposition movement. Pengen tahu gk tujuan dari pergerakan kayak gini.
Goal is to achive a radical change in yhe distribution of power within a teorrity often requiring market constitusional change or formation of a new state
Makanya apa sebenarnya background sbuah opposition movement mau berdamai dengan goverment?
Menurut Ray licklider, dalam menghadapi konflik pemerintah memiliki 2 cara untuk menyelesaikannya, yang pertama adalah dengan menggunakan kekuatan militer. Sedangkan senjutnya mengunakan cara-cara damai, namun yang terjadi adalah gov. Cinderung untuk menggunakan kekuatan militer, hal ini disebabkan karena bagian dari pemerintah yang memiliki tugas untuk menjaga kesatuan negara adalah militer, opposition movement merupakan bagian dari semua itu dan dianggap menganggu ksistensi negara maka terjadilah dengan perang militer..
Setelah hasih dari kegiatan militer tersebut biasanya opposition movement dapat terpecah menjadi 2 kubu yaiu moderat dan ekstrimist (militan) . biasanya pembeda diantara keduannya adalah dalama hal sensitivitas.
Beerikut ini,ada beberapa hal yang mungkin bisa banyu kamu untuk mencari perbedaan diantara keduannya:
Moderat, tujuannya itu lebih cinderung otonom (hmm.. ya gak papa deh masih masuk kedalam kedaulatan negara tapi harus dikasih hak-hak khusus yang sesuai dengan kesepakatan); rasionalitynya masih bisa diterima oleh akal (rasional); mean-nya adalah high sensity to violent, maksudnya mareka akan sangat meminimalisir kekerasan,karena tak ingin banyak korban yang terbunuh,,
Extrimist. Tujuannya itu cuman satu adalah untuk mendapatkan kemerdekaan, kalo gak merdeka ya mati aja..(mungkin gitu ya prinsipnya...); rationality (cara berfikirnya) yaitu gak akan memerima upaya damai (pokoknya harus merdeka, gak ada yang lain); mean-nya low sensity to violance yang artinya yang mo mati dikit kek, banyak kek, kalo belum merdeka struggle must go on...
Memang kayaknya susah banget ya kayaknya untuk menghadapi opposite movement, kebijakan yang dilakukan negara untuk mengatasi opposite movement setelah ditekan pake militer, selanjutnya kalo gak mau menyerah juga, en negara mulai kuwalahan untuk membendungnya.. kayak GAM dulu. Maka startegi yang dilancarkan adalah dengan perundingan, pemerintah dan GAM duduk bersama, dan berunding, yang berunding adalah orang-orang moderat dari opposite movement dan orang moderat dari goverment, cz kalo gak pasti gak bakal ketemu deh ma penyelesaiannya
Nah hasih dari kesepakatanini biasanya tengah merdeka, disebut merdeka juga enggak, tapi kalah juga nggak. Kayak perjanjian helskinsky.. antara indonesia dan GAM. Yah meskipun banyak pengamat menyatakan perjanjian tersebut adalah kekalahan indonesia (hmm... mungkin pengamat yang mengamati dari kalangan extrimist)
Setelah terjadi perundingan ada beberapa konsekuensi kondisi yang mungkin bisa saja muncul yaituakansemakin banyaknya spoiler (perampok, yups cz banyak yang dulunya para pejuang opposite movement yang sudah terbiasa dengan senjata harus mengubah dirinya dan beradaptasi dengan lingkungan yang damai. Selain itu kadangkala para pejuang opposite movement yang extrimist kesulitan untuk mengubah perjuanganmereka,sehingga tak jarang masih ada perlawanan meskipun perjanjian damai sudah diterapkan. Juga koalisi moderat merupakan irisan antara goverment dan opposition movement.
Upaya yang bisa dilakukan untuk menguarangi konflik enik atau mereduksi konflik etnik yaitu dengan kebijakan akomodasi, apakah kebijakan akomodasi itu? Kebijakan akomodasi itu adalah mengakui pluralitas etnis dan menganggapnya sebagai sebuah khasan budaya.
Ada 2 pendekatan dalam akomodasi,
1. Distributif mengubah keseimbangan ekonomi antar etnis
2. Struktual yaitu dengan mengubah framework politik antar etnis
Misalnya libanon, berdasarkan pada agama.
Untuk bisa terakomodasi ada beberapa syarat yag harus dipenuhi,
1. Membagi kekuasaan secara luas, agar tidak mendiminasi oleh satu etnis tertentu
2. Interetnitas conflik di ubah menjadi intraetnitas
3. Memberikan insentif bagi kerjasama antar etnis
4. Penempatkan seseorang berdasarkan pada kepentingan proporsionalitas bukan etnisitas
Sabtu, Oktober 24, 2009
startegi mengatasi konflik etnis
Jumat, Oktober 16, 2009
Konflik etnis
Seringkali kita mendengar isltilah konflik etnis, yang katanya tuh, konflik itu dipicu karena identitas tertentu yang semakin ditonjoklan, nah, apa aja sih identitas itu, ituloh yang datanya sering ada di KTP, tapi yang paling heboh efeknya ya identitas kesukuan, ras dan mungkin identitas agama yang kemudian disingkat dengan kata SARA.. hasil dari konflik SARA ini tentu dapat kita lihat, betapa banyaknya korban yang berjatuhan.. contohnya ni ya konflik di maluku dan donflik di pilipina.
and yang perlu kalian semua ketahui kalo sebenarnya sekarang ini intensitas konflik antar agama saat ini mengalami penurunan, dan konflik dalam negerilah yang saat ini sedang meningkat terutama setelah pecah perang dingin, dan mulai mengendurnya kuasa atas negara otoriter.
Ada beberapa toeri yang mengatakan bahwa konflik SARA bisa hadir karena tidak ada saling pemahaman antara sesama kelompok, sehingga mereka cinderung untuk membuat asumsi-asumsi yang menurut panangan sendiri, yang tentu saja jika kemudian kelompok-kelompok itu besinggungan tetapi tanpa ada kesepahaman,sesuatu yang seharusnya baik-baik saja bisaberujung dengan konlik. Makanya menurut orang pluralistik mengatakan bahwa untukmenghindarinya mereka harus semakin sering berinteraksi atau kalo sisi agama dengan pernikahan beda agama..
Sebenarnya apa sih konflik etnis itu?
Sebelum kita melangkah jauh kita kenalan ma etnis dulu ya.. etnis itu adalah sekelompok orang yang mendefiisikan diri mereka dalam kriteria tertentu misalnya kriteria etnis atau kebangsaan dan membuat klaim atasnya yang kemudian mereka juga membuat perlawanan untuk menunjukkan eksistensi diri* (dikasih tanda bintang, karena gak gitu yakin..)
Asumsi-asumsi muncul dalam pembentukan etnik menurut beberapa tokoh itu bisa bersumber dari asal usul keluarga, pengalaman sejarah, sebagain dari kualitas nilai-nilai sejarah seperti adat-istiadat atsupun bahasa, selain itu klaim yang dibuatpun bisa berupa materi, politik, ataupun kalim karena keprihatian terhadap budaya ataupun agama. Kelompok-kelompok itu mempunyai kekuatan berdasrkan pada ikatsn kultural bukan asosiasi sehingga sulit di prediksi berapa kekuatannya..
Jenis kelompok etnis, sebenarnya ada 2 jenis dari jenis kelompok enis, yang pertama adalah jenis enosenasionalis, etnosenasionalis merupakan kelompok etnit yang berusaha keluar dari negara induk karena hal-hal tertentu dan memilih strategi perlawanan, sepert separatis, yaitu etnis yang menginginkan kemerdekaan dari negara induk, comtohnya adalah GAM dengan indonesia. Ada pulastilah lain yaitu ireedentisme yaitu dimana suatu etnis yang ingin merdeka dari negara induk tetapi kemudian etnis tersebut ingin bergabung dengan negara lain, contoh kasus antara india dan kasmir, kasmir menginginkan melepaskan dirinya dari india dan bergabung dengan pakistan yang memiliki pendududk muslim yang banyak.
Jenis yang kedua adalah minoritas, kelompok minoritas adalah etnis yang tidak terkonsentrasi pada suatu tempat tapi diperlakukan diskriminasi oleh pemerintah atau kelompok mayoritas,biasanya kaum minoritas inidiperlakukan layaknya kambing hitam dalah sebuat permasalahan. Seperti pada masa berahirnya rezim suharto, masyarakat mayoritas mengambinghitamkan masyarakat minoritas
Sebenarnya ada beberapa teori tentang konflik etnis, yaitu bentang seberapa besar kontribusi etnis tehadap konfik yang terjadi, disini terdapat 4 teori yaitu antara lain Essentialism yaitu beranggapan konflik terjadi karena adanya perbedaan primordial yang kemudian menombulkan rasa curiga yag kemudian dapat memicu kekerasan, Instrumental, penganut teori ini mempunyai anggapan bahwa kobflik yang terjadi adalah karena ada orang-orang tertentu “oknum /elite jahat” yang berusaha untuk mendapatkan dukungan dan memanfaat kesamaan etnik untuk mendapatkan dukungan, selain itu ada pula yang beranggapan bahwa ada orang-orang radikal yang tidak bersedi untuk berdamai dan ada orang-orang yang mau berdamai. Yang ketiga adalah teori Contructivism, menurut pandangan kaum kontruktifisme etnik itu terbentuk karena dibentuk oleh orang kolonialism untukmedpatkan teman berkuasa yahi tentu saja hal itu sesuai dengan politik yang diterapkan oleh mereka.. devide et impera, dari hasil pembentukan etnis tersebut tentu saja dapat menimbukan konflik, apalagi adnya teman kuasa.. terakhir adalah menurut institusionalism,pandangan mareka mengatakan bahwa konflik terjadi karenapolitik itu tidak simpati kepada etnis, sering sekali politikmenghancurkan etnis tertentu dan meninggikan etnis tertentu, seperti pada rezim otoriter, irak pada masa sadam husain sering kali mendiskirminasi kaum muslim shia, dan meninggikan muslim sunni, sehingga pandangan mereka untukmenghentikan semua itu diperlukan pluralisme yang kemudian akan mereduksi pemua perbedaan tersebut, dan saat ini sistem yang terbaik adalah dengan mengembangkan sistem demokrasi.
Menurut Azhar, jika disimpulkan, maka jawaban atas pertanyaan mengapa konflik etnis bisa terjadi di dalam sebuah maysrakta itu karena dipengaruhi oleh beberapa sebab, disana dia menyatakan bahwa sebab-sebab itu adlah karena adnya identitas etnis dan juga interaksi etnis tersebut dengan kelompok etns yang lain, dinamika situasi politik dalam negeri dan juga pengaruh lingkungan politik internasional...
Jadi disana ada 3 konponen yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Local context, nationla context dan juga international context..
Selasa, Oktober 06, 2009
Sebab-sebab konflik dan sumbernya pada level individu
Sebab-sebab konflik dan sumbernya pada level individu
masih ingatkah siapa zathman? Semoga masih, zathman adalah seorang tokoh yang bilang kalo konflik itu kayak kurva. Dimana ada titik tertinggi namanya hurting stalemate, nah hurting stalemate menurutnya adalah titik paling tepat untuk menghentikan konflik karena titik itu konflik mengalami kematangannya.. tapi sesungguhnya untuk menyelesaikan konflik itu gak harus menunggu kematangannya, mengcegah lebih baik dari pada mengobati, bukankah lebih cepat itu lebih baik? Aduh partai BGT...
Sebab-sebab konflik
Nah kali ini kita akan bahas tentang alasan mengapa manusia berkonflik. Seperti yang diungkapkan sebelumnya, bahwa terdapat dua kepercayaan dalam memandang sebab-sebab manusia berkonflik, yang pertama mengatakan bahwa manusia itu memang udah Human nature nya kayak gitu. Jadi istilahnya memang difitrahkan untuk memiliki sifat berkonflik. Kalo menurut argument pendukung human nature ini bilang bukti bahwa manusia mempunyai sifat dasar ini terlihat dari disetiap dekade itu pasti terdapat perang ataupun konflik yang berpotensi untuk melahirkan perang. Sehingga menurut penganut kepercayaan ini cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan mengeliminasi atau mengurangi intesitas dan dampak konflik. Yaitu dengan cara, balance of powerpunya morgenthau (maklum kebanyakan orang yang menganut kepercayaan ini adalah kaum realis) ataupun denga just war yang semacam aturan yang menyatakan boleh berperang asalkan dengan adil (dari motivasi dan cara perang)just war biasanya lebih dekat dengan agama, selain just war ada juga tuh istilah hukum humaniter internasional, yaitu hukum perang yang digunakan oleh masyarakat internasional.
Kepercayaan selanjutnya adalah, percaya bahwa perang merupakan hasil sosialisasi masyarakat, agumenya yaitu manusia lahir itu nggak bawa senjata layaknya hewan yang bertaring, memiliki cakar yang panjang dan tajam, hal itu membuktikan bahwa manusia itu adalah mahluk yang cinta damai, karena tuhan tidak melengkapi persenjataannya. Sehingga menurut kepercayaan ini, cara terbaik menyelesaikan konflik adalah dengan edukasi konflik, seperti yang dilakukan oleh UNESCO. Salah satu cabang PBB yang cinta damai, UNESCO berprinsip ‘world begin of the mind of mind” dengan motto konflik ok, berperang no! Kalo istilah dosenku, berbeda pendapat itu gak papa tapi tidak untuk berperang. Kebanyakan penganut faham ini adalah orang-orang kaum utopian.
Sumber perang pada level individu
Konrad lorenz hayoo tebak siapa itu, kalian pasti gak bakal nyangka namanya bakal muncul dalam islmu sosial. Dia adalah seorang tokoh biologi yang suka sekali meneliti perilaku hewan. Kemidan dia meneliti tentang serigala dalam bertahan hidup, ternyata serigala memiliki insting atau agresi untuk mempertahankan hidupnya. Trus Pak Lorenz ini mencoba untuk menerapkan persamaan serigala dengan manusia, disamakan berdasarkan kesamaan identitas makhluk “mamalia”. Hasilnyamenunjukan bahwa ternyata manusia juga memiliki isting agretifitas, hal ini diperkuat oleh Robert Andrey yang bilang bahwa “agretifitas menjadi built dalam struktur genetik manusia.” Sehingga sebenarnya agretifitas itu bisa berkembang tidak hanya kearah destuktif, tetapi juga bisa karah konstruktif..
Sigmund Freud (orang realis) dia bilang manusia adalah manusia rendah yang dipenuhi oleh kebencian, kekerasan dan agresi.
Erich Fromm “narsisme adalah salah satu sumber agresifitas. Seseorang yang terlalu narsis terhadap kelompoknya akan beraku sangat desruktif apabila ada yang mengolok-olok simbol narsis mereka.
Nah selanjutnya bagaimana agresifitas bisa mendorong konflik?
John Dollard dia mengatakan bahwa frusstation – agresion. Menurutnya frustasi (ketidaksesuaian antara harapan dengan apa yang didapat) itu menjadi predesposisi atau potensi dari agresi yang didahului oleh kemarahan, nah makanya ati-ati tuh bagi orang yang suka marah-marah.. nah bagi orang yang sedang frustasi ada beberapa kemungkinan yang bakal mereka lakukan, yaitu menarik diri yaitu menyeolahkan tidak terjadi masalah meskipun sebenarnya tidak ridha terhadap apa yang tengah terjadi, selanjutnya adalah menerima, yaitu mgakui bahwa itu kekalahannya, menolak serta agresi yaitu penolakan mengunakan ancaman.
Faktor yang mempengaruhi frustasi menjadi agresi adalah
a. Norma (agama) mampu membuat manusia lebih mampu untuk menghandle diri
b. Pengalaman sosial (teman sepergeulan juga sangat berpengaruh karena mereka kadang kala sering mewarnai teman yang lain
c. Pengalaman cara menghadapi frustasi
Ibnu Khaldun beliau mengatakan bahwa potensi dalam diri manusia adalah cinta ientitaskelompok dan agresif (animal power) manusia selalu ingin menunjukan identitas bersama, ketika mencintai sesuatu maka ia akan membenci yang lain, cinta biasanya menjadi konflik ketika ia bertemu dengan provokasi yang menghasud demi mendapatkan kekuasaan (dominasi) atau tingkat ekonomi, sehingga cara terbaik untuk menghindari konflik adalah dengan menjaga kemakmuran, keamanan dan keadilan..
refrensi : kuaih pak Gito
Selasa, September 29, 2009
Resolusi konflik....
Ini adalah salah satu mata kuliah pilihan untuk mahasiswa semester 5 di universitasku..
Resolusi konfik.. hmmm like as it’s name tentu aja kalian dah pada bisa nebak dunk bakal ngomongin tentang apaan, hehe..
Yah kurang lebih sih tentang sejarah en riwayat en gimana cara mengatasi konflik tul ga?
Yupss, betul sekali!! Berhubung kemarin pertemuan perdana mata kuliah ini, pengeeen dech aku sharing2 mau tau??
Resolusi konflik...
Kita akan bermula dengan biografi konflik ya..
menurut krisberg (sstt... sebenarnya sih ada urutannya tapi gak catat) secara umum konflik itu kayak pohon.. konflik itu ada benihnya yang karena kemudian di pupuk kemudian mengalami ekskalasi konflik. Pernah dengar istilah laten? Nah, konflik awal itu namanya konflik laten (nah mungkin bisa juga tuh disebut potensi konflik), nah kalo diibaratkan pohon tuh dia masih berupa benih, kalo gak diperhatikan ya mati,trus gakjadi konflik deh,,, but kalo dipupuk,, hmm dia bisa jadi pohon.. kalo istilah di konflik namanya manifest, konflik tumbuh dan mulai keliatan, semakin besar, semakin kuat trus semakin heboh deh dampak konfliknya..
tau gak sih, benih-benih konflik itu memang sudah sejak awal ada disekitar kita, salah satunya karena ada hubungan interaksional antara umat manusia, kalo istilah dosenku tuh “tak kenal maka tak konflik” yups..karena ada interaksi maka akan ada hubungan saling mengenal penuh dengan resiko konflik, nah kalo benih-benih itu dipupuk maka jadilah konflik, tapi kalo nggak ya nggak...trus ada tuh satu lagi, sumber konflik, adanya teoritik manusia yang mengatakan bahwa manusia itu memiliki naluri agresif. Nah lo.. sadar gak? Lagi-lagi nggambil istilah dosenku nih.. bayi aja kalo gak ada naluri agresif untuk nangis kenceng kalo lagi haus, tentu aja dia udah mati..nah geto deh...
itu tadi adalah sumber konfliknya, kayak yang aku bilang sebelumnya benih-benih konflik itu baru akan keliatan kalo ada penyulutnya, ini ada beberapa tanda nih kalo konflik itu dah mulai bermunculan, yaitu adanya kesadaran kolektif, masyarakat umum tuh mulai ngrasa kalo perbedaan yang timbul itu menganggu, plus ditambah ketidakpuasan relatif terhadap pihak (atau pihak-pihak) lain, trus adalagi kesadaran bahwa ternyata ada tujuan-tujuan yang saling berlawanan. Huih tah lengkap tuh... untuk disebut ada konflik..
untuk pemantik konfliknya itu gak harus hal-hal yang gede kok, biasanya itu isunya lebih sepesifik dan orang yang terlibat cuman sedikit, hmm tapi, kalo didramatisir oleh para politisi bisa semakin heboh en meluas, mungkin saja karena para politisi itu memiliki kepentingan atas konflik yang terjadi diantara mereka. contohnya aja ya.. konflik yang ada di maluku. Yang selama ini disebut konflik SARA itu, sebenarnya bermula dari konflik yang sangat spesifik, yaitu yaitu perbutan penumpang antara tukang ojek yang pada saat itu berlainan agama, menjadi semakin heboh karena semakin dipupuk.. mungkin kalo istilahnya orang jawa itu namanya “kriwikan dadi drojogan” salah satu yang biasanya dilakukan untuk semakin memupuk benih-benih konflik adalah dengan propokasi dengan pihak-pihak yang telibat, sampai dengan propokasi persuasif, koersif, balas jasa juga dengan iming-iming yang sifatnya material dan non material..
wallahu’alam bis shawab
berdasar pada apa yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa konflik itu juga bisa mengalami pemambahan dan perluasan yang bisa disebut sebagai ekskalasi, ekskalasi itu terjadi jika, aktor atau pelaku dari konflik itu semakin banyak.. misalnya saat konflik awal terjadi, yang terlibat hanya dua orang tetapi seiring berjalannya waktu pelaku konflik itu semakin lama menjadi semakin banyak, sekampung misalnya. Selain itu isu konflik yang dulunya hanya spesifik, dan remeh seiring berjalannya waktu juga semakin mengeneral, tambah lagi tuh taktik yang digunakan untuk berkonflik, awalnya adu mulut berubah menjadi saling menyakiti atau bahkan saling membunuh. Selain itu masih menyabung dengan sebelumnya, perilaku yang mungkin sebelumnya atau pada awal konflik bertujuan untukmendapatkan solusi konflik dengan well doing melakukan sesuatu yang baik berubah menjadiperilaku yang berusaha untuk memenangkan konflik (winning)dan berakhir dengan usaha untuk menyakiti (Hurting)..
nah itulah awal mula konflik mengalami kemuncak..
selanjutnya setelah fase ekskalasi terdapat fase deskalasi yaitu kebalikan dari ekskalasi, konflik mengalami penyurutnya..menurut william Zartman, sebenarnya bagan konflik itu kalo digambar kayak kurva, bermula dari sumber konflik, kemudian ada kemunculan konflik, trus ada ekskalasi bis itu klimaks dari konfik, yaitu hurting stalemate, setelah itu konflik akan mengalami penurunan suhu badan, eh salah penurunan ketegangan, deskalasi dan semakin menurun menjadi penyelesaian (biasanya ada hasilnya) bis itu ada normalisasi..
masih menurut Zartman sebenarnya ada kondisi terbaik untuk mengakiri konflik, teori in terkenal denga isltilah wripeness yaitu matang.. jadi kalo mo mengakiri konflikyang terbaik adalah ketika konflik itu berada dalam posisi matang, yaitu posisi dimana konflik menglami kemuncak, atau fase hurting stalemate, cz pada masa itu para pihak yang sedang berkonflik sedang posisi serba salah, bisa jadi karena sudah terlalu banyak korban, atau karena posisi yang sudah terdesak dan tak mampu untuk melanjutkan konflik.. sehingga mereka bisa diajak berunding untuk menyelesaikan konflik. Nah kalo berhasil mereka akan membuat MoU nah tahap ini disebut tahap penyelesaian atau terminasi konflik, tandanya adalah adanya adanya kesepakatan antara mereka sebagai hasil perundingan, yang bisa saja hasilnya Win-win, win- lose, atau bahkan lose – lose solution..
dari hasil-hasil tersebut itu ada 2 kemungkinan sekarang, yaitu hasil yang disepakaiti diterima dan dijalankan sehingga kemudian bisa menimbulkan konsekuensi bagi para pihak yang bertikai, atau kemungkinan yang lain yaitu hasilhanyalah hasil dan tetap diabailan atau didak dijalankan dengan baik, sehingga melahirkan konflik yang baru..
lagi-lagi wallahu’alam bis shawab
referensi: kuliah resolusi konfik pak gito..