Munculnya tokoh lain selain negara dalam hubungan internasional memang sudah tidak dapat dielakan lagi dalam perkembangannya. Arus globalisasi yang semakin dasyat yang tumbuh sejak tahun 1970-an telah mengiring kita untuk mau tak mau menyadari bahwa aktor politik kini tak hanya negara. Melainkan juga meliputi pemerintahan internasional (misalnya PBB), lembaga swadaya masyarakat (misalnya Red Cross, GreenPeace), koalisi internasional (misalnya International Political Science Association), multi national corporation (misalnya McDonald, KFC, Sharp), ataupun asosiasi masyarakat transnasional (misalnya International Olympic Committee). Aktor-aktor baru ini tentu saja juga akan mempengaruhi kebijakan luar luar negeri didalam suatu negara.
MNC dan fenomena diplomasi negara yang kini tidak lagi “To further one’s interest in relations to other states”
Seperti yang telah diungkapkan diatas, MNCs kini ikut mempengaruhi kebijakan politik luar negeri dalam suatu negara. Sehingga kini diplomasi tidak hanya “To further one’s interest in relations to other states” tetapi juga bermuatan bisnis. Merajalelannya bisnis MNCs di dalam suatu negara dan keberhasilnya untuk menarik banyak tenaga kerja dan SDM yang memang tidak bisa di pungkiri bahwa permasalahan SDM ini sangat membuyarkan jika tidak ditangani dengan baik oleh suatu tetapi kini MNCs dapat memberikan solusi tersebut, mengoptimalkan pemanfaatan SDA serta kemampuan MNCs yang menjanjikan untuk memyokong kecukupan pundi-pundi uang di dalam suatu negara.
Contoh yang paling tepat untuk menggambarkan fenomena ini adalah AS sebelum dan pasca perang serangan 11 September 2001, AS sedang dalam krisis ekonomi yang cukup parah sehingga memerlukan langkah-langkah untuk membantu mengatasi masalah dalam negerinya. Seperti AS mendukung kepentingan sejumlah Multinational Corporation (MNC) di luar negeri demi mendorong perluasan perdagangan atau akses umum pada pasar luar negeri, dalam hal ini tentu saja pemerintah AS mendapat pengaruh dari kelompok kepentingan ekonomi untuk mengambil kebijakan ini. Terutama MNC dalam eksplorasi minyak dan gas atau non-migas. Dampaknya Asia Tengah yang merupakan wilayah sangat kaya akan minyak bumi dan gas alam. Berdasarkan data statistik, cadangan minyak di seluruh kawasan (termasuk laut Kaspia) mencapai 23 milyar ton, yang berarti kedua terbesar setelah kawasan teluk. Sedang cadangan gas alamnya mencapai 3000 milyar ton, menempati urutan ketiga di dunia. Cadangan uranium, dan emas sangat besar dan merupakan produsen kapas terbesar di dunia. Penduduk Asia Tengah 550 juta jiwa yang merupakan pasar potensial bagi perusahaan multinasional di AS yang juga sebagai penyokong kekuatan ekonominya. Dorongan dari perusahaan-perusahaan mutinasional ini telah menjadikan AS yang dahulunya bersikap antipati terdapat kawasan yang mayoritas muslim ini dan bekas uni soviet menjadi lebih empati dan berusaha untuk membuka hubungan-hubungan diplomasi dan kerjasama ekonomi yang semakin baik. Agar kelangsungan MNCs yang merupakan penyokong perekonomian di AS dapat berjalan dengan baik hal ini terbukti dengan saat ini tidak sulit untuk menenukan KFC di kawasan asia tengah.
Dari kasus tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa untuk melakukan diplomasi yang selanjutnya kita juga harus memperhatikan aktor-aktor lain diluar Negara seperti MNCs ternyata juga membawa pengaruh yang luar biasa terhadap perkembangan hubungan internasional dan diplomatic yang lebih luas dan lebih baik lagi, melihat dari realita yang semakin hari semakin menunjukan Negara kini juga tidak bias lepas dari peran MNCs.
0 komentar:
Posting Komentar