Jumat, Juli 24, 2009

lanjutannya..tentang HI

Realis vs saintifik...

Ini nih perdebatan yang paling menarik...tadi dimukakan dah tahu apa pemikiran dari kaum realis yang sangat mengagung-agungkan kekuasaan dan power, nah sekarang kita lanjut ke pemikir selanjutnya yaitu kaum sainstifik...kaum ini muncul gak jauh setelah indonesia merdeka, yah kurang lebih sih sekitaran tahun 1960-an..gak jauh-jauh amat khan? Kaum ini cukup unik lho..mereka mencoba untuk menggabungkan antara ilmu alam dan matematika kedalam ilmu sosial. Hebatkan! Layaknya ilmu alam mereka juga memulai menemukan teori yang dianggap mendekati kebenaran melalui 3 prosedur yang antara lain juga mirip bahkan sama dengan pendekatan ilmu alam yaitu pembentukan hipotesa; pengujian hipotesa; pengumpulan, pembandingan dan pengintegrasian pemenuan dari bernagai pengujian dan berbagai hipotesa. Yang lebih menarik lagi penemuan ini juga harus diusahakan bersifat obyektif (bisa diuji siapa,dimana, dan kapan saja) , logis maksudnya diatur oleh aturan penalaran dan harus sistematis yaitu sekumpulan keajegan yang terorganisir. Ya maklumlah obyek dari ilmuan scienstific ini tentang pola-pola keajegan dari fenomena yang dapat terindra, bukan yang metafisika. Dengan tujuan akhir yaitu berupa deskripsi, ekspanasi dan prediksi, makanya para ilmua dari realis kena kritik dari para ilmuan saintifik ini pula, karena menurut mereka motivasi negara melakukan penyerang or konflik bukan karena alasan power dan kekuasaan semata, tapi adalasan-alsan lain, kalo pake bahasanya pak muhtar mas’oed “kritik mereka ini terutama di arahkan pada tidak adanya disiplin dan ketepatan dalam pendefinisian konsep-konsep realis seperti kekuasaan, kepentingan nasional dan perimbangan kekuatan.” Karena yang diteliti adalah pola-pola kejegan tingkah laku manusia, jadi tak heran pedekatan ini juga dikenal sebagai pendektan behavioralist yang telah berevolusi, soalnya behavioralist mulai muncul sekita 1950an..

Trus..

Saintifik vs post behavioralist

Emang ya.. orang sosial itu tuh hobi banget ngiritik..kayaknya memang udah tipikalnya kayak gitu kali ya...gak percaya? Saintifik ini juga gak lepas dari kritik. Pendekatan yang tampak begitu sempurna yang memunculkan poling dan metode kuantitatif yang hingga kini sering dipake, ternyata juga bisa mendapatkan kritik, kritik ini muncul dari kalangan pemikir yang kembali tidak sepakat dari pendekatan behavioralist..hehehe...tapi afwan pendekatan yang satu ini aku tidakbegitu faham..yang jeas mereka tidak setuju dengan pendekatan ala IPA, menurut mereka obyek sosial itu unik,dia tak bisa digeneraisasikan begitu saja, setiap obyek pasti memiliki perbedaan sehingga teori yang mungkin bisa diharuskan bersifat obyektif, logis dan sistematis belum tentu bisa tercapai, hukum sebagaimana dalam ilmu IPA tentusaja tidak mungkin terjadi, selain itu subjek juga tidak bisa dipisahkan dari obyek, karena subyek itu juga bagian dari obyek. Masa’ ilmuan disuruh cuek-cuek aja sambil mengamati fenomena yang terjadi padahal ia berada ditempat yang sama dimana fenomena itu terjadi, mungkin saja si ilmuan itu juga turut terpengaruh dan mempengaruhi dalam femonena yang sedang ditelitinya..sehingga mereka sepakat dengan istilah ilmuan itu harus bisa menilai baik buruknya suatu fenomena dan ilmuan kalo perlu juga harus memihak, mereka tidak setuju dengan pembedaan antara “fakta dan nilai” yang sering di galakkan oleh ilmuan behavioralis. Karena memang benar subyek itu tak bisa lepas dari obyek..

So kurang lebih sih kayak gitu kritik-kritiknya..maklum lah gak gitu faham tapi coba aja di crosscheck dulu..yah khawatir kalo-kalo aku salah..

Next.. inshaAllah kita bahas tentang pendekatan Tradisionalist vs behavioralis...

Tau nih pendekatan behavioralis ini kok paling banyak musuhnya ya...hmm..mungkin karena mereka berani memyuguhkan dan menawarkan metode yang berbeda dari sebelum-sebelumnya..

Mohon koreksinya ya..

Leia Mais…

ilmu tentang hubungan internasional

Banyak orang penasaran dengan salah satu cabang ilmu politik yang satu ini, mungkin karena namanya yang aneh ya, maksudnya gak lazim gitu disebut...namanya Ilmu Hubungan internasional (international relation study),,trus apaan ya yang dipelajari.. nah pengen tahu..simak aja rangkuman pemahamanku setelah belajar di UMY di jurusan hubungan internasional, hehe...gak lengkap sih tapi ini cukuplah untuk memahami apa itu study hubungan internasional..

Study yang unik...karena study ini mulai dikembangkan secara akademik baru-baru ini saja, yah kurang lebih sih sekitar pasca perang dunia pertama 1914-1918 masehi loh..bukan hijriah..dah lahir belum? Hehehe... istilah hubungan internasional pertamakali di munculkan oleh orang yang bernama Jeremy Benthom, setudi ini pada awalnya memdapat pengaruh dari bidang study yang lain yaitu sejarah, filsafat (ya,,iyalah filsafat kan sumber dari segala ilmu), trus satu lagi hukum. Tapi seiring berjalannya waktu bidang-bidang study yang lain juga turut mendorong perkembangan HI selanjutnya, yah kayak ekonomi,sosiologi, psikologi,dll

Banyak orang salah kaprah tentang kapan bermulanya studi HI ini mulai dipelajari secara akademik, bayak orang berfikir, di era yunani dulu, itu lho zamannya ariestoteles dkk, karena saat itukan mereka sudah mengenal istilah...aduh lupa istilahnya, pokoknya artinya negara kota, yang masing-masing juga gak lepas dari hubungan internasional. Ya itu ya antara negara kota satu dengan negara kota yang lainnya, bisa berupa perang,dll. Padahal seperti yang tlah kubilang didepan Studi HI kemudian dikembangkan pertamakali di universitas di Amerika serikat, dengan isu sentral pada awalnya adalah perang dan damai, maklumlah situasi saat itukan situasi konflik, jadi kurang lebih ngomongnya ya sekitaran itu..meskipun pada saat itu yang sedang berkonflik adalah orang-orang kawasan eropa, tapi study ini tidak lahir disana, kalau dosenku bilang orang yang lagi berkonflik kan gak sempat memperhatikan dan mempelajari lebih seksama, semua yang dapat perhelatan konflik pasti juga lagi mengharu-biru bersama konflik jadi gak sempat tuk mengamati dan menganalisis,makanya akhirnya study ini lahir di AS, negara yang bisa dengan leluasa mengamati konflik yang terjadi, maklumlah AS pada PD 1kan memang belum terlibat konflik..gak percaya liat aja dan baca sejarah dunia, terutama tentang Perang Dunia jangan sejarah kemerdekaan indonesia...

Nah hasil dari pengkajian akdemik ini membuahkan beberapa pemikir yang memiliki sudut pandang yang berbeda dalam memandang konflik di eropa alias PD1,yang awal dan pertama yaitu muncul kaum liberalis idealis..yups.. seperti namanya idealis yaitu memandang sesuatu hal sebagai sesuatu yang seharusnya terjadi, maksudnya goalnya itu masih diangan-angan dan belum tampak tapi merekamencoba untuk mengindranya, jadi mereka dikenal juga dengan utopian (sebenarnya ini hanya sebutan celoteh bagi orang-orang yang tidak sependapat dengan kaum ini). Kaum utopian ini menganggap bahwa sifat dasar manusia (natural basic) itu baik, berhusnuzzon jika memandang sesuatu. Menerut mereka konfik dapat terjadi, karena didunia internasional tidak ada yang mengatur, liat saja setelah dan sebelum perjanjian westphalia tahun 1648, sebelum perjanjian westphalia hampir semua knoflik bisa diredam karena adanya aturan (rule) dan adanya lembaga yang bisa menjadi penengah yaitu gereja, tapi stelah terjadinya perjanjian westphalia yang memunculkan negara bangsa (nation state)dan hilangnya kuasa gereja atas segala konflik yang terjadi memungkinkan ekskalasi konflik karena konflik tidak dapat diselesaikan dengan baik. Makanya wajarlah pada saat itu muncul wacana untuk membentuk organisasi internasional yang dapat membuat rule yang nantinya akan disepakati oleh banyak negara dan akan dijalankan dalam rangka membentuk pedamaian dunia, wacana ini dikembangkan oleh presiden As woodrow wilson yang terkenal sebagai the 14 point woodrow wilson. Yaitu mengagendakan terbentukan LBB (liga bangsa-bangsa).

Selanjutnya kaum kedua adalah kaum realis, pandangan kaum ini benar-benar berbeda dari kaum sebelumnya yang sangat tinggi angannya, kaum realis memandang ilmu HI sesuatu sebagaimana sesuatu yang sedang terjadi, jdi mereka menganalisis kenyataan yang ada didepan mereka, mereka berpandangan bahwa human nature manusia itu homo homini lupus (istilah dari thomas hobbes) manusia adalah srigala bagi manusia yang lain. Pokoknya su’udzon banget deh... Kaum ini lahir atas kritik untuk kaum utopian, terutama setelah kegagalan LBB dalam menangani konflik yang terjadi didunia yang menandai tamatnya riwayat LBB di muka bumi, bukti yang mereka ajukan cukup kuat juga sih.. yaitu pecahnya perang dunia II, menurut mereka,konflik yang terjadi di dunia ini karena unbalance power maksudnya ada kesenjangan kekuatan antara negara satu dengan lainnya. Apalagi menurut kaum ini setiap negara memiliki interest yang kurang lebih ga jauh-jauh amat sama the struggle power, jadinya masa bodo’lah ma LBB or organisasi semacamnya yang memperjuangkan perdamaian melalui organisasi internasional. Solusi yang terbaik untuk menyelesaikan konflik diantara negara tersebut adalah balance for power, jadi “bersiap-siaplah untuk berperang” negara satu dan lainnya harus memupuk kekuatan masing-masing sehingga negara yang pengen nyerang jadi agak mikir geto... tokoh-tokoh kaum realis ini salahsatunya adalah HJ morgenthou.

Yah begitulah Hi menarikkan? Ini belum selesai lho.. asih ada perdebatan panjang mengenai terjadinya studi ini, dan inshaallah semuanya menarik dan kalo ada waktu, inshaAllah akan ku paparkan di sine deh.. tapi kalo sempat silahkan baca buku pak muhtar mas’oed (yah meskipun beliau tampak condong mendukung pendekatan saintifik) or hubungi bu siti muslikhati..insyaAllah penjelasannya lebih jelas dan mengena..

(To be continue...)

Reference:

Mochtar mas’oed. 1990. Ilmu Hubungan Internasional disiplin dan metodelogi. Jakarta: LP3ES

And some other books..

Kuliah ilmu hubungan internasional bu Siti Muslikhati, jazakillah bu atas ilmunya...

“ya Allah berikan kepadaku ilmu yang bermanfaat, untukku dan orang lain”

Leia Mais…

Rabu, Juli 22, 2009

masa depan jilbab

artikel ini di ambil dari majalah sabili tapi afwan lupa edisi berapa...insyaAllah nanti dicek lagi...

Sebuah poster sederhana mengambarkan sebuah jilbab yang tampak melingkupi seseorang yang tidak terlihat. Gambar inimerupakan upaya sterotyping bagi muslimah dengan kemudian muncul pertanyaan: do you see her or her faith?(apakah kamu melihat dia atau keimanannya?) apakah seseorang hanya sekedar memakai jilbab hanya sebagai simbol ataukah mempunyai makna yang sangat dalam mengenai jilbab? Pertanyaan itu ditulis oleh seseorang jurnalis independent Deepa A. Deepa A merupakan jurnalis independet yang sering bersuara lantang dalam tulisannya mengenai pendidikan dan dampak kekerasan komunal. Sejak lima tahun terakhir, Deepa A mencatat delapan dari 16 negara bagian di jerman mengeluarkan undang-undng yang membatasi hak pemakian jilbab bagi guru di sekolah dan pemerintahan.
Di indonesia sendiri pada tahun 2007 lalu, seleksi anggota Pengibar Bendera (Paskibra) kota Kediri, Jawa timur sempat di warnai kekisruhan perihal larangan berjilbab bagi peserta putri. Meskipun pada akhirnya kita menyaksikan terdapa paskibra yang mengenkan jilbab di Istana negara.
Bahkan pada maret 2009 lalu, kapolda tuban Brigjend Pol. Anton Bachrul Alam meminta polisi wanita (Polwan) muslimah dapat mengenakan jilbab selama bertugas. Himbauan tersebut dikeluarkan oleh kapolda sejak dua minggu saat menjabat di jawa timur (Jatim). Kapolda memberikan hak untuk mengenakan jilbab.
Namun apa yang terjadi, media asing dan aktivis liberal meradang dengan membuat argumen yang tidak mendasar. Tuduhanpun diontarkan, adanya islamisasi. Pengenaan jilbab selalu mengalami sentimen negatif, dari waktu ke waktu di seluruh belahan dunia. Meskipun begitu, survey yang dilakukan oleh islamic human right commision (IHRC) amatlah mengejutkan. IHRC pada 26 Januari 2006 lalu melaporkan, terjadi peningkatan pemahaman mengenai penggunaan jilbab sediri.
Peningkatan pemahaman tersebut berkaitan dengan hal yang subtansial yaitu muslimah mengunakan jilbab di inggris adalah sebagai bentuk perlindungan, identitas diri, dan sebuah kewajiban agama, peningkatan yang signifikan terjadi justru setelah insident WTC 11 september 2001
Dalam survey tersebut sebagian besar reponden perempuan, jilbab yang dikenakan sebagai wujud keimanan dalam sebuah ketaatan yang suci kepada Allah. Maka, jilbab yang dikenakan haruslah atas dasar kesadaran pribadi. Responden muslimah inggris telah menunjukan rasa memiliki dan kemauan keras untuk mempertahankan jilbab sebagai sebuah identitas keimanannya,tampa memperdulikan kemungkinan undang-undang atau kebijakan yang mungkin melarang penguna jilbab itu sendiri.
Beberapa abad silam shafiyah binti syaibah pernah berkata, “pada waktu kami bersama-sama dengan Aisyah, mereka menyebutkan kelebihan –kelebihan perempuan quraisy. Maka aisyah berkata, “sesungguhnya perempuan-perempuan (quraisy) itu memiliki kelebihan, tetapi esungguhnya aku demi Allah tidak melihat yang lebih mulia daripada perempuan-perempuan ansharm mereka sangat membenarkan kitab Allah dan sangat imannya kepada wahyu yang diturunkan.”
Ketika diturunkan surat Al Ahzab ayat 59 yang berbunyi: “hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan isri-istri orang mukmin: hendaklah mereka mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu, dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang.
Lalu kemudian para laki-laki mereka pulang membacakanapa yang diturunkan Allah di dalam kitab-Nya (HR Abu Dawud)
Dalam riwayat lain Aisyah ra mengatakan, “semoga Allah mengasihi kaum perempuan yang ikut hijrah) pertama, karena ketika Allah menurunkan ayat tersebut, mereka seger mengambil pakain bulu merekalalu berkerudung dengannya” (HR Bukhari)
Girls, bagaimanapun hak-hak dasar perempuan dari Allah SWT telah jelas. Sehingga shirah nabawiyah pun menjadi sebuah pondasi yang mengakar kedalam ruh kita, so bagaimana dengan kamu?

Leia Mais…